Selasa, 20 September 2016

lllllllll



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia.  Di Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang meningkat. Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan. Kebutuhan bahan pangan beras di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan laju pertambahan penduduk. Akan tetapi, laju peningkatan kebutuhan beras itu tidak sebanding dengan laju penambahan produksinya di lapangan sehingga terjadi kekurangan setiap tahun. Indonesia, pada tahun 1998 pernah sebagai pengimpor beras terbesar di Asia Tenggara sebesar 5,9 juta ton atau separuh dari produksi dunia yang ada di pasaran waktu itu yaitu 12 juta ton (Sumodiningrat, 2001). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan impor beras tersebut dengan cara pengurangan volume impor dan pada tahun 2006 menjadi sebesar 210 ribu ton (Departemen Pertanian, 2006 ). Melihat kecenderungan dan fluktuasi besarnya impor beras setiap tahunnya menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan daya hasil tanaman padi per hektarnya cukup besar.
Kesuburan tanah sangat mempengaruhi hasil produsi padi di Indonesia. Pada umumnya, padi pada kondisi jarak tanam yang sempit akan mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai lebih sedikit, panjang malai lebih pendek dan tentunya jumlah gabah per malai berkurang dibandingkan pada kondisi jarak tanam yang potensial (AAK, 1990).
Selama ini usaha petani yang sering dilakukan petani untuk meningkatkan produksi adalah dengan pemberian pupuk buatan dalam jumlah yang cenderung meningkat, pengembalian bahan organik seperti jerami. Salah satu upaya peningkatan produktivitas tanaman padi adalah dengan mencukupkan kebutuhan haranya. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal  Selain dengan teknologi penyuluhan sistem tanam padi merupakan salah satu teknlogi dengan menetukan jarak tanam, namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya.  Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya, (BPTP Jambi, 2013). Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini.

Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian 4 Laporan Tugas Akhir Program Studi Budidaya Tanaman Pangan ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir).


1.2      Rumusan Masalah
Berdasakan pada latar belakang tersebut, bagaimana sikap petani terhadap teknologi jajar legowo di Desa Margo Mulyo maka dirumuskan seperti berikut.
1.2.1  Bagaimana sikap petani terhadap teknologi jajar legowo pada Desa Tunjung Tirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang ?
1.2.2  Faktor – faktor apa yang menyebabkan petani tidak menerapkan teknologi jajar legowo pada Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang ?
1.2.3  Bagaimana rancangan penyuluhan pertanian terhadap petani untuk menerapkan teknogi jajar legowo pada Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang ?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar