BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tanaman
padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi
makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia, padi
merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai
negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi
kebutuhan pangan penduduk yang meningkat. Komoditas padi memiliki peranan pokok
sebagai pemenuhan kebutuhan pangan. Kebutuhan bahan pangan beras di Indonesia
selalu meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan laju pertambahan penduduk.
Akan tetapi, laju peningkatan kebutuhan beras itu tidak sebanding dengan laju
penambahan produksinya di lapangan sehingga terjadi kekurangan setiap tahun.
Indonesia, pada tahun 1998 pernah sebagai pengimpor beras terbesar di Asia
Tenggara sebesar 5,9 juta ton atau separuh dari produksi dunia yang ada di
pasaran waktu itu yaitu 12 juta ton (Sumodiningrat, 2001). Upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mengendalikan impor beras tersebut dengan cara pengurangan
volume impor dan pada tahun 2006 menjadi sebesar 210 ribu ton (Departemen
Pertanian, 2006 ). Melihat kecenderungan dan fluktuasi besarnya impor beras setiap
tahunnya menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan daya hasil tanaman padi
per hektarnya cukup besar. Kesuburan tanah sangat mempengaruhi hasil produsi
padi di Indonesia. Pada umumnya, padi pada kondisi jarak tanam yang sempit akan
mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai lebih
sedikit, panjang malai lebih pendek dan tentunya jumlah gabah per malai
berkurang dibandingkan pada kondisi jarak tanam yang potensial (AAK, 1990).
Selama
ini usaha petani yang sering dilakukan petani untuk meningkatkan produksi
adalah dengan pemberian pupuk buatan dalam jumlah yang cenderung meningkat,
pengembalian bahan organik seperti jerami. Salah satu upaya peningkatan
produktivitas tanaman padi adalah dengan mencukupkan kebutuhan haranya.
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi untuk
memacu pertumbuhan tanaman secara optimal Selain dengan teknologi
penyuluhan sistem tanam padi merupakan salah satu teknlogi dengan menetukan
jarak tanam, namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika
diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran
sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani
yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak
tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar
legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta
memudahkan tindakan kelanjutannya. Istilah jajar legowo diambil dari bahasa
jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)”
yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam
ini. Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang
bernama Bapak Legowo yang kemudian 4 Laporan Tugas Akhir Program Studi Budidaya
Tanaman Pangan ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian
dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan
oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi. Prinsip dari
sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur
jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi
oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak
tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya
memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman
pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong.
1.2 Identifikasi
Masalah
Dari pembahasan pada latar belakang di atas dapat di identifikasikan
bahwa apakah masih ada petani padi di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar
Kabupaten Tulang Bawang Barat yang menanam padi tidak menggunakan sistim tanam
jajar legowo.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasakan
pada identifikasi masalah tersebut, maka dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana
sikap petani terhadap teknologi jajar legowo di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar
Kabupaten Tulang Bawang Barat?
2. Faktor – faktor apa yang menyebabkan petani
tidak menerapkan teknologi jajar legowo di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar
Kabupaten Tulang Bawang Barat?
3. Apakah sistim tanam jajar legowo dapat
meningkatkan produksi padi di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar Kabupaten
Tulang Bawang Barat?
1.4 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian
yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui sikap petani terhadap
teknologi jajar legowo di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar Kabupaten
Tulang Bawang Barat?
2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang
menyebabkan petani tidak menerapkan teknologi
jajar legowo di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang
Barat?
3. Untuk mengtahui apakah sistim tanam jajar
legowo dapat meningkatkan produksi padi di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar
Kabupaten Tulang Bawang Barat?
1.5 Manfaat Penulisan
Karya tulis ini dapat memberi
manfaat bagi pembaca, antara lain :
1.
Menambah wawasan
tentang penting nya sistim tanam jajar legowo.
2.
Mengetahui bagaimana
cara penanaman sistim jajar legowo dengan baik dan benar.
3.
Menumbuhkan minat
pembaca untuk mengtahui tentang sistim tanam jajar legowo.
1.6 Ruang Lingkup
Dalam ruang lingkup
ini mempermasalahkan tentang masih ada petani yang belum menerapkan sistim
tanam jajar legowo dan apakah sistim tanam jajar legowo dpat meningkatkan
pruduksi padi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar