Rabu, 21 September 2016

kartul

BAB I
PENDAHULUAN



1.1    Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia.  Di Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang meningkat. Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan. Kebutuhan bahan pangan beras di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan laju pertambahan penduduk. Akan tetapi, laju peningkatan kebutuhan beras itu tidak sebanding dengan laju penambahan produksinya di lapangan sehingga terjadi kekurangan setiap tahun. Indonesia, pada tahun 1998 pernah sebagai pengimpor beras terbesar di Asia Tenggara sebesar 5,9 juta ton atau separuh dari produksi dunia yang ada di pasaran waktu itu yaitu 12 juta ton (Sumodiningrat, 2001). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan impor beras tersebut dengan cara pengurangan volume impor dan pada tahun 2006 menjadi sebesar 210 ribu ton (Departemen Pertanian, 2006 ). Melihat kecenderungan dan fluktuasi besarnya impor beras setiap tahunnya menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan daya hasil tanaman padi per hektarnya cukup besar. Kesuburan tanah sangat mempengaruhi hasil produsi padi di Indonesia. Pada umumnya, padi pada kondisi jarak tanam yang sempit akan mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai lebih sedikit, panjang malai lebih pendek dan tentunya jumlah gabah per malai berkurang dibandingkan pada kondisi jarak tanam yang potensial (AAK, 1990).

Selama ini usaha petani yang sering dilakukan petani untuk meningkatkan produksi adalah dengan pemberian pupuk buatan dalam jumlah yang cenderung meningkat, pengembalian bahan organik seperti jerami. Salah satu upaya peningkatan produktivitas tanaman padi adalah dengan mencukupkan kebutuhan haranya. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sebab unsur hara yang terdapat di dalam tanah tidak selalu mencukupi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara optimal  Selain dengan teknologi penyuluhan sistem tanam padi merupakan salah satu teknlogi dengan menetukan jarak tanam, namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya.  Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya. Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian 4 Laporan Tugas Akhir Program Studi Budidaya Tanaman Pangan ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong.




1.2      Identifikasi Masalah

            Dari pembahasan pada latar belakang di atas dapat di identifikasikan bahwa apakah masih ada petani padi di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat yang menanam padi tidak menggunakan sistim tanam jajar legowo.

1.3       Rumusan Masalah

Berdasakan pada identifikasi masalah tersebut, maka dirumuskan sebagai berikut.

1.   Bagaimana sikap petani terhadap teknologi jajar legowo di Desa Margo                 Mulyo Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat?
2.   Faktor – faktor apa yang menyebabkan petani tidak menerapkan teknologi jajar legowo di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat?
3.   Apakah sistim tanam jajar legowo dapat meningkatkan produksi padi di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat?

1.4       Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian adalah :
1.   Untuk mengetahui sikap petani terhadap teknologi jajar legowo di  Desa                                                                                                                                                               Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat?
2.   Untuk mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan petani tidak menerapkan    teknologi jajar legowo di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat?
3.   Untuk mengtahui apakah sistim tanam jajar legowo dapat meningkatkan produksi padi di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat?
1.5       Manfaat Penulisan

            Karya tulis ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, antara lain :

1.      Menambah wawasan tentang penting nya sistim tanam jajar legowo.
2.      Mengetahui bagaimana cara penanaman sistim jajar legowo dengan baik dan benar.
3.      Menumbuhkan minat pembaca untuk mengtahui tentang sistim tanam jajar legowo.

1.6       Ruang Lingkup


            Dalam ruang lingkup ini mempermasalahkan tentang masih ada petani yang belum menerapkan sistim tanam jajar legowo dan apakah sistim tanam jajar legowo dpat meningkatkan pruduksi padi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar